Postingan

Mengapa seorang anak menjadi pelaku perundungan? Pola asuh orangtua memiliki peran dalam membentuk perilaku anak

Kezia Satyawati - 407568 Akhir-akhir ini di media sosial beredar sebuah video seorang anak SD di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, yang dipukuli oleh beberapa orang temannya. Korban dipukuli hingga menangis histeris, tetapi hal tersebut tidak membuat para pelaku menghentikan aksinya. Tampak beberapa anak menyaksikan kejadian tersebut, tetapi tidak melakukan apa-apa, hanya menonton. Fenomena tersebut kemudian memunculkan pertanyaan, bagaimana mungkin anak SD dapat melakukan hal tersebut? Perundungan bukanlah suatu fenomena baru, berdasarkan data yang dirilis oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sebanyak 84% anak di Indonesia mengalami kekerasan di sekolah. Prosentase tersebut lebih tinggi dari Vietnam (79%), Nepal (79%), Kamboja (73%), dan Pakistan (43%). Tingginya tingkat perundungan menunjukkan bahwa fenomena ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Orangtua harus waspada apabila anak menunjukkan perilaku seperti sulit berkonsentrasi di sekolah, sering membo

REMAJA DAN NARKOBA: PSIKOEDUKASI DENGAN MEDIA AUDIO-VISUAL SEBAGAI PROGRAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA

Gambar
Oleh: Mardiana Artati (sumber: www.hellomotion.com) Tahukah Anda, jika peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja melibatkan sejumlah perubahan? Ya, perubahan itu terjadi pada aspek biologis, kognitif, dan sosioemosional. Perubahan biologis pada masa remaja meliputi percepatan pertumbuhan, perubahan hormonal, dan kematangan seksual yang disertai dengan pubertas. Perubahan kognitif meliputi peningkatan dalam pola berpikir, perasaan tak terkalahkan, dan merasa berada diatas panggung. Sementara, perubahan dalam sosioemosional meliputi pencarian kebebasan, konflik dengan orangtua, dan keinginan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman sebaya (Santrock, 2011). Idealnya ditengah proses peralihan tersebut, para kaum muda juga harus mengembangkan karakter positif ( Positive Youth Development ). Positive Youth Development diperkenalkan oleh Jacqueline Lerner dkk (dalam Santrock, 2011) yang berisi tentang lintasan perkembangan yang dikehendaki untuk para remaja bahwa

Siapa yang Berperan dalam Memutus Mata Rantai Tawuran Pelajar?

 oleh : Anissa Yuwantina Tawuran pelajar merupakan fenomena kenakalan remaja yang tak kunjung surut. Setiap tahun bahkan setiap bulan media massa pasti merekam jejak perilaku tawuran pelajar di berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan data dari KPAI pada tahun 2011-2016 ( update 24 Oktober 2016) anak yang menjadi pelaku tawuran terdapat 441 orang dan anak yang menjadi korban tawuran 363 orang. Pada Desember 2017, melalui penelusuran portal media massa elektronik tercatat 2 peristiwa tawuran pelajar yang terjadi di depan Istana Bogor dan Tangerang yang menyebabkan meninggal dunia. Peristiwa tersebut baru beberapa kejadian yang terkena sorotan media dari banyaknya kasus mengenai tawuran pelajar. Seorang alumni SMK di Bogor menuturkan bahwa selama bersekolah pada setiap pulang sekolah hampir setiap hari menyaksikan kejadian tawuran pelajar seperti berupa saling melempar batu hingga saling tonjok dari jumlah pelajar dengan skala kecil sejumlah 5-15 siswa hingga skala besar 25 sisw

ADIKSI GAME PADA REMAJA DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

Akhir-akhir ini banyak ayah/bunda yang mengeluhkan anak remajanya yang suka menghabiskan waktunya untuk bermain game. Beragam nasehat sudah disampaikan, namun seolah masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Kasus-kasus adiksi game dan akibat-akibatnya semakin banyak menghiasi ruang berita kita. Seperti yang terjadi di Guangdong-China pada tanggal 1 Oktober 2017, seorang perempuan berusia 21 tahun mengalami kebutaan pada mata kanannya setelah bermain game Honour of Kings 24 jam non-stop (Channel Newsasia, 2017). Pada kasus-kasus sebelumnya, adiksi game bisa sampai menyebabkan kematian. Di Manila, Filipina, seorang remaja 15 tahun, Jayson Chua, bunuh diri karena mengalami koneksi internet yang lambat saat bermain Dota 2 (Philippinews, 2014). Di Lousiana,USA seorang anak laki-laki berusia 8 tahun menembak dan membunuh neneknya, setelah bermain game kekerasan (CNN, 2013). Di Indonesia, kasus adiksi banyak menyebabkan siswa membolos sekolah, seperti yang terjadi di Dumai, belasan pelajar